Leg 2 : Sapi-sapi laut

Hampir tiga minggu berselang, kami akhirnya kembali ke gedung di Jalan Empat itu. Pada gedung itu, departemen kami bersatu dengan beberapa departemen lainnya. Anehnya, meskipun departemen kami setara dengan departemen lain, departemen kami hanya mendapat dua lantai dari gedung berlantai 4 dengan dua sayap ini. Departemen kami mendapat dua lantai di sayap timur, itupun harus berbagi lagi dengan departemen lain, departemen ilmu langit dan geopicik.

Dalam departemen kami terdapat ruangan laboratorium yang cukup besar yang tentu saja dibagi lagi kedalam beberapa sekat-sekat spesialisasi studi para dosen. Salah satu ruangan lab itu adalah ruangan teoritik. Seperti namanya, ruangan itu diperuntukkan untuk membahas teori-teori fluida oseanografi. Seharusnya. Kenyataannya, ruangan itu lebih banyak dipakai untuk rapat-rapat yang kebanyakan teorinya. Beberapa senior bahkan telah melahirkan hipotesa yang sulit dipertanyakan kebenarannya. Bunyinya kira-kira begini “Bahwa semakin besar persoalan (tugas) yang muncul maka akan semakin sedikit orang yang bekerja untuk menyelesaikan persoalan (tugas) itu”.

Hal ini rasanya berbanding terbalik dengan kriteria gotong royong yang umum dikenal orang. Pada kriteria gotong royong, semakin besar persoalan maka akan semakin banyak orang yang membantu turun tangan menyelesaikan persoalan. Pada hipotesa ini, hal  berlawanan yang terjadi, sebuah tugas besar yang harus diselesaikan oleh suatu kelompok hanya akan dapat diselesaikan oleh satu atau (paling banyak) dua orang dalam kelompok itu.

Ilustrasinya begini, suatu tugas mata kuliah yang mahasiswanya dibagi kedalam kelompok-kelompok untuk menyelesaikan satu atau beberapa tema, mempunyai distribusi angota kelompok yang tidak proporsional dalam hal kecerdasan (mengerjakan tugas yang dimaksud). Akibatnya, dalam satu kelompok sering sekali tertinggal seorang mahasiswa saja yang mengerjakan tugas itu. Sisanya adalah sapi-sapi pemakan rumput yang memamah biak uang harian pemberian orangtuanya. Hampir 95% tugas yang diberikan dosen dikerjakan oleh mahasiswa yang (kadang terpaksa) pintar itu. Lima persen sisanya dikerjakan para sapi untuk membuat cover sampul tugas, mencetak dan menjilid tugas, hingga menyediakan susu sapi bagi mahasiswa pintar itu sebagai asupan kecerdasan otaknya.

sapi_kambing_patungan

Apakah sapi-sapi itu tidak berusaha membantu sang mahasiswa pintar untuk menyelesaikan tugasnya ? tentu saja mencoba membantu, ya mencoba, tapi sebatas itu saja. Sebab, komunikasi antara sapi dan si mahasiswa pintar adalah komunikasi yang mustahil terjalin. Disaat sang mahasiswa pintar mengajak diskusi, sang sapi hanya bilang “Mmmooo”. Ketika sang sapi mencoba berkomunikasi dengan sang mahasiswa pintar, si mahasiswa pintar itu hanya bisa melongo dan terbengong-bengong mendengarkan lenguhan sapi. Pada akhirnya, daripada membuang waktu si mahasiswa pintar itu menyerah dan memilih mengerjakan tugas itu sendiri saja. Hal yang lebih masuk akal dikerjakan daripada menafsirkan nada lenguhan sapi-sapi yang tidak jelas juntrungannya. Begitulah kira-kira isi hipotesa para senior itu.

Lucu yah, tapi lebih lucu lagi kalau membayangkan sapi-sapi itu berdiri di depan dan diminta presentasi tugas oleh dosen.

Nah, kelompok paling apes adalah kelompok yang semua isinya adalah sapi-sapi. Kalau sudah begitu, tugas yang selesai dikerjakan dan dikumpulkan cuma berbobot seperti tumpukan jerami saja. Besar tapi enteng dan lebih mudah terbakar atau dijadikan pupuk kandang.

Akan tetapi, para sapi-sapi itu terkadang melakukan suatu hal evolutif yang cenderung cerdas untuk ukuran sapi. Kelompok (apes) yang semua berisi sapi kadang bersekongkol dengan sapi-sapi kelompok lain yang sudah kadung punya seorang mahasiswa cerdas dalam kelompoknya. Demikianlah, melalui komunikasi sederhana ala-ala sapi, dua kelompok bergabung menjadi satu kelompok sapi besar dengan sang mahasiswa cerdas sebagai penggembalanya. Sebuah simbiosis aneh yang belum bisa diklasifikasikan secara ilmiah.

Rasa-rasanya aku pernah jadi salah satu sapi itu, tapi sekarang entah mengapa aku jadi merasa tersapikan. Soalnya, pengolahan data survei oseanografi yang harusnya dikerjakan sesuai kelompok praktik kemarin malah semua pengerjaan datanya terkumpul di laptopku yah.  Bukan cuma soal pengolahan data batimetri, tapi analisa pasut dan profil perairan semua terkumpul di laptopku.

Ah sial !

Published by

ocean916

https://www.facebook.com/Dominic.Oki.Ismoyo

Leave a comment